Mahasiswi Cantik Nyambi Jualan di Kampus 

Digoda Pria hingga Foto Di-upload di Media Sosial

Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan tak membuat Prihatin Wahyu Solikin enggan menempuh pendidikan tinggi. Sembari kuliah, mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris IKIP PGRI Madiun itu nyambi berjualan keliling di lingkungan kampusnya. Bagaimana suka dukanya?

EKO SUPRAYITNO, Madiun

DI TENGAH hiruk-pikuk mahasiswa yang menunggu aktivitas perkuliahan siang itu, Prihatin Wahyu Solikin tampak mendorong sebuah meja menyusuri lorong-lorong kampus IKIP PGRI Madiun. Di atas meja beroda itu terlihat rak susun berisi nasi bungkus dan mi instan. Selain itu, beberapa toples berisi aneka jajanan dan permen. "Beginilah. Ya kerja, ya kualiah," kata Ayu sapaan akrab mahasiswi semester IV ini.

Bagi Ayu, menuntut ilmu nyambi berjualan bukan hal baru lagi. Saat masih duduk di bangku kelas X salah satu SMK negeri di Kota Madiun pada 2010 dia menjajakan tahu keliling. Itu dilakukan lantaran Suparti ibunya tidak dapat berjualan usai terjatuh saat kulakan. Selama masa pemulihan, tugas sang ibu menyuplai tahu ke langganan digantikan Ayu. "Awalnya sih malu. Tapi, saya sadar kalau kita mau kerja pasti dapat uang," ungkapnya.

Ayu semakin termotivasi membantu perekonomian keluarga usai sang ayah Eko Hamijaya Putra meninggal dunia beberapa saat setelah ibunya jatuh. Meski begitu, Suparti sempat melarang Ayu berjualan dan meminta fokus sekolah. "Ibu tidak pernah menuntut saya bantu cari nafkah. Tapi, melihat perjuangannya mencari uang, saya merasa iba," paparnya.

Sejak itu Ayu berjualan roti dan jajanan di sekolahnya. Meski perekonomian keluarga terbilang pas-pasan, Suparti tetap meminta Ayu melanjutkan kuliah. Gadis itu akhirnya masuk IKIP PGRI Madiun dua tahun lalu. Dia pun berniat nyambi berjualan sembari kuliah. Akhirnya Ayu dipercaya pembuat kue asal Sangen, Geger, Kabupaten Madiun, untuk menjualkan dagangannya.

Setiap hari Ayu berangkat pagi dari rumahnya untuk mengambil barang di Sangen sebelum akhirnya berangkat kuliah. "Biasanya dari rumah jam 07.30 dan pulang habis maghrib," ungkap gadis asal Desa Kaibon, Geger, Kabupaten Madiun, ini.

Selama ini, Ayu berjualan di kampus Senin hingga Kamis. Selebihnya dia membantu ibunya berjualan tahu keliling. Sementara, pelanggannya mulai warga biasa, mahasiswa, karyawan, hingga dosen di kampusnya. Khusus dosen, dia menerapkan sistem delivery order. "Yang jelas, butuh keberanian dan kejelian membaca peluang. Kalau ngandalin gengsi ya nggak bakalan maju," sebutnya.

Mengusung dagangan dan naik turun tangga kampusnya bikin Ayu kadang dilanda rasa lelah. Namun, semangatnya untuk merajut impian menjadi guru membuat gadis 20 tahun itu seolah tidak memedulikannya. "Rata-rata sehari dapat laba bersih Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu," ungkap Ayu yang memiliki keinginan membuka warung ikan penyetan di rumahnya ini.

Memiliki paras cantik tak pelak membuat Ayu memiliki berbagai pengalaman menarik. Mulai digoda bapak-bapak hingga difoto kemudian di-upload di media sosial. "Katanya biar booming seperti penjual getuk cantik (di Jakarta) itu," ujarnya tersipu. ***(isd)