Kisah Dortheys, Mahasiswa Dari Biak Papua Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun Yang Junjung Pinsip Meski Jauh Dari Orang Tua 

Merantau adalah sebuah pilihan untuk meninggalkan tempat tinggal dimana dia dibesarkan untuk mewujudkan cita-cita dan merubah  kehidupan baru yang jauh lebih baik. Seperti melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi atau bekerja mencari pengalaman hidup.

Setiap perantauan akan menjadikan mereka kuat dari hari ke hari. Walaupun ada rasa rindu yang berat saat meninggalkan orang tercinta dan kampung halaman yang senantiasa membuat rasa nyaman.

Sebuah rasa ini sudah dirasakan oleh Dortheys Habel Sergius Levitar. Mahasiswa Universitas PGRI Madiun jurusan Program Studi Teknik Informatika. Laki-laki ini  berasal dari Desa Sorido, Kecamatan Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.

Sapaannya saat di kampus teman-temannya memanggilnya Theys, ia rela meninggalkan kelahirannya yang terletak di ujung timur Indonesia untuk menempuh Pendidikan Teknik Informatika di Universitas PGRI Madiun.

Alasan Theys memilih Universitas PGRI Madiun karena dia mengaku bahwa universitas tersebut merupakan salah satu kampus terbaik di Madiun. “ Saya memilih Universitas PGRI Madiun karena salah satu kampus terbaik di Madiun, serta dengan dukungan puji tuhan dan doa orang tua,  saya bisa kuliah disini.” Ujar Theys.

Theys juga menambahkan bahwa dengan dukungan keluarga dari Biak, Papua adalah alasan dan motivasi bagi dirinya untuk mau melanjutkan studi tingkat perguruan tinggi.

Selama menempuh pendidikan di Universitas PGRI Madiun, Laki-laki berusia 21 tahun tersebut juga sempat rindu dengan kampung halamannya. Karena,  4 tahun merantau Theys belum pernah sama sekali pulang ke Biak, Papua.

Dia juga berbagi pengalamannya saat menempuh perkuliahan di Universitas PGRI Madiun, mulai dari pembelajaran meteri ilmu akademik maupun non akademik. “Selama di Universitas PGRI Madiun saya mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk dibawa ke kampung halaman nanti, baik dari akademik maupun non akademik.” Ujar Theys.

Theys dikenal akan disiplin, kritis, kuat dan rendah hati. Sebab, latar belakang orang tua yang militer menjadikannya alasan  dia memilih ikut MENWA di Universitas PGRI Madiun. “Saya tertarik dengan kedisiplinan dari kecil memang sudah dididik menjadi anak disiplin, dan tanggung jawab. Apalagi latar belakang orang tua ada militernya.” Tambah Theys.

Selama tinggal di Madiun, ia merasakan adanya penyesuaian paling menonjol,seperti bahasa, budaya, hingga ragam saat proses belajar dan pembelajaran. “Perasaan saya selama tinggal di Madiun saya sangat senang, suka dengan makanan dan lingkungannya. Walaupun penyesuaian mengenai bahasa harus disesuaikan dengan belajar.” Ujarnya.

Selama menjadi mahasiswa Universitas PGRI Madiun Teknik Informatika, menurut ia Universitas PGRI Madiun memberikan pelayanan baik pada mahasiswa dari luar pulau Jawa, seakan tidak ada perbedaan entah dari Jawa maupun dari luar pulau Jawa.

“Sebenarnya pelayanan kampus kepada mahasiswa luar pulau sama saja dengan mahasiswa lainnya.” Ujar Theys.

Sudah 4 tahun Theys menghirup oksigen suasana di Universitas PGRI Madiun, selalu ada rasa rindu dengan kampung halaman terlebih terhadap orang tua di Biak, Papua.

Selama ini Theys memiliki prinsip yang menjadikannya kuat dan menjadi diri sendiri saat diperantauan. “Menjadikan hari ini pengalaman untuk lebih baik di hari berikutnya. Hidup seperti padi, bila sudah masa panen, mereka akan terlihat menunduk.” Ujar Theys.

Alasan itulah yang membuat dasar saat dirinya menempuh pendidikan di Universitas PGRI Madiun selama 4 tahun ini.

Di penghujung wawancara, Dortheys Habel Sergius Levitar memberikan sebuah pesan atau motto dalam hidupnya yang berbunyi “Jangan paksakan diri untuk kaya, tetapi jadilah orang yang kaya karena terpaksa.” Tutup Theys.

Universitas PGRI Madiun memberikan ladang ilmu untuk mencetak generasi penerus yang smart, kreatif, inovatif dan kompetitif. Tidak hanya di pulau Jawa saja, melainkan hingga luar pulau Jawa.

Dortheys Habel Sergius Levitar biasa disapa Theys menjadi buktinya, dia mampu lulus tepat waktu selama mengikuti studi sarjana selama 4 tahun.Merantau adalah sebuah pilihan untuk meninggalkan tempat tinggal dimana dia dibesarkan untuk mewujudkan cita-cita dan merubah  kehidupan baru yang jauh lebih baik. Seperti melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi atau bekerja mencari pengalaman hidup.

Setiap perantauan akan menjadikan mereka kuat dari hari ke hari. Walaupun ada rasa rindu yang berat saat meninggalkan orang tercinta dan kampung halaman yang senantiasa membuat rasa nyaman.

Sebuah rasa ini sudah dirasakan oleh Dortheys Habel Sergius Levitar. Mahasiswa Universitas PGRI Madiun jurusan Program Studi Teknik Informatika. Laki-laki ini  berasal dari Desa Sorido, Kecamatan Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.

Sapaannya saat di kampus teman-temannya memanggilnya Theys, ia rela meninggalkan kelahirannya yang terletak di ujung timur Indonesia untuk menempuh Pendidikan Teknik Informatika di Universitas PGRI Madiun.

Alasan Theys memilih Universitas PGRI Madiun karena dia mengaku bahwa universitas tersebut merupakan salah satu kampus terbaik di Madiun. “ Saya memilih Universitas PGRI Madiun karena salah satu kampus terbaik di Madiun, serta dengan dukungan puji tuhan dan doa orang tua,  saya bisa kuliah disini.” Ujar Theys.

Theys juga menambahkan bahwa dengan dukungan keluarga dari Biak, Papua adalah alasan dan motivasi bagi dirinya untuk mau melanjutkan studi tingkat perguruan tinggi.

Selama menempuh pendidikan di Universitas PGRI Madiun, Laki-laki berusia 21 tahun tersebut juga sempat rindu dengan kampung halamannya. Karena,  4 tahun merantau Theys belum pernah sama sekali pulang ke Biak, Papua.

Dia juga berbagi pengalamannya saat menempuh perkuliahan di Universitas PGRI Madiun, mulai dari pembelajaran meteri ilmu akademik maupun non akademik. “Selama di Universitas PGRI Madiun saya mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk dibawa ke kampung halaman nanti, baik dari akademik maupun non akademik.” Ujar Theys.

Theys dikenal akan disiplin, kritis, kuat dan rendah hati. Sebab, latar belakang orang tua yang militer menjadikannya alasan  dia memilih ikut MENWA di Universitas PGRI Madiun. “Saya tertarik dengan kedisiplinan dari kecil memang sudah dididik menjadi anak disiplin, dan tanggung jawab. Apalagi latar belakang orang tua ada militernya.” Tambah Theys.

Selama tinggal di Madiun, ia merasakan adanya penyesuaian paling menonjol,seperti bahasa, budaya, hingga ragam saat proses belajar dan pembelajaran. “Perasaan saya selama tinggal di Madiun saya sangat senang, suka dengan makanan dan lingkungannya. Walaupun penyesuaian mengenai bahasa harus disesuaikan dengan belajar.” Ujarnya.

Selama menjadi mahasiswa Universitas PGRI Madiun Teknik Informatika, menurut ia Universitas PGRI Madiun memberikan pelayanan baik pada mahasiswa dari luar pulau Jawa, seakan tidak ada perbedaan entah dari Jawa maupun dari luar pulau Jawa.

“Sebenarnya pelayanan kampus kepada mahasiswa luar pulau sama saja dengan mahasiswa lainnya.” Ujar Theys.

Sudah 4 tahun Theys menghirup oksigen suasana di Universitas PGRI Madiun, selalu ada rasa rindu dengan kampung halaman terlebih terhadap orang tua di Biak, Papua.

Selama ini Theys memiliki prinsip yang menjadikannya kuat dan menjadi diri sendiri saat diperantauan. “Menjadikan hari ini pengalaman untuk lebih baik di hari berikutnya. Hidup seperti padi, bila sudah masa panen, mereka akan terlihat menunduk.” Ujar Theys.

Alasan itulah yang membuat dasar saat dirinya menempuh pendidikan di Universitas PGRI Madiun selama 4 tahun ini.

Di penghujung wawancara, Dortheys Habel Sergius Levitar memberikan sebuah pesan atau motto dalam hidupnya yang berbunyi “Jangan paksakan diri untuk kaya, tetapi jadilah orang yang kaya karena terpaksa.” Tutup Theys.

Universitas PGRI Madiun memberikan ladang ilmu untuk mencetak generasi penerus yang smart, kreatif, inovatif dan kompetitif. Tidak hanya di pulau Jawa saja, melainkan hingga luar pulau Jawa.

Dortheys Habel Sergius Levitar biasa disapa Theys menjadi buktinya, dia mampu lulus tepat waktu selama mengikuti studi sarjana selama 4 tahun.